Indonesia akan bertandang ke Stadion Nasional Bahrain, Riffa untuk menghadapi Bahrain di MD3 Grup C Ronde Ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026. Nah, bagaimana nantinya peluang pasukan Garuda untuk merebut poin dari Bahrain nanti? Berikut kami akan melakukan analisa singkat untuk menjawab hal tersebut.
Analisa Gaya Permainan Indonesia
Jika memperhatikan gaya main Indonesia di laga melawan Arab Saudi dan Australia, kita akan sadar jika Indonesia bermain dengan struktur awal tiga bek tengah dan empat gelandang sejajar. Tujuannya adalah untuk memastikan mereka bisa menang jumlah dalam situasi saat pemain lawan menyerang. Utamanya di posisi sayap, posisi yang banyak digunakan Arab Saudi dan Australia saat menyerang.
Bahkan, gelandang-gelandang Indonesia harus siap berubah sisi jika diperlukan. Mereka wajib bergeser mengikuti ke mana arah bola berada. Ini tentunya memberikan efek negatif, yaitu pemain Indonesia mudah lelah. Makanya tidak mengherankan jika kita melihat pelatih Shin Tae-yong selalu melakukan pergantian pemain di awal-awal Babak Kedua di dua laga melawan Arab Saudi dan Australia.
Penyerang Indonesia juga sering diinstruksikan bermain di wilayah yang sama untuk menang jumlah. Ini terlihat jelas di gol melawan Arab Saudi. Gol terjadi karena Rafael Struick dan Ragnar Oratmangoen melebar ke sisi kanan yang dihuni Witan Sulaeman. Dua bek tengah Arab Saudi kelimpungan mengawal pergerakan ketiga pemain tersebut, menyebabkan Ragnar bisa melesakkan tembakan di kotak penalti. Beruntung juga Sandy Walsh berada di posisi yang tepat sehingga bola membenturnya dan masuk ke arah gawang.
Pergerakan Walsh ini memang tidak mengejutkan. Dengan Witan yang lebih sering bermain ke dalam hingga ke area tengah, Walsh, yang bermain sebagai bek sayap kanan, dirancang untuk maju membantu penyerangan. Posisinya di area sayap kanan Indonesia pun akan dikaver oleh Rizky Ridho sebagai bek tengah sebelah kanan yang bermain melebar, sehingga Walsh bisa menyerang dengan bebas.
Bahrain Akan Lebih Lemah
Kebetulan, Bahrain juga bermain menggunakan sayap mereka. Jika kita melihat gol mereka saat mengalahkan Australia, gol berawal dari umpan silang Abdulla Al-Khalasi. Bahrain pun mendapatkan keuntungan karena bola tersebut mengenai bek Australia, Harry Souttar, sehingga masuk ke gawangnya sendiri. Tapi ini menunjukkan kekuatan mereka dari sayap cukup mumpuni.
Tapi jika lebih cermat mengamati, banyak yang mengatakan jika kemenangan Bahrain itu berbau keuntungan. Apalagi, Australia harus bermain dengan 10 pemain setelah mendapat kartu merah di menit ke-77. Dan ini memang dibuktikan dengan mudahnya Bahrain dibantai Jepang dengan skor 0-5 di laga MD2 kemarin.
Secara kualitas juga, pemain-pemain Bahrain jauh di bawah Arab Saudi dan Australia. Bisa dibilang, Indonesia sudah mendapat dua dari tiga lawan terberat di dua laga pertama, selain Jepang. Jika Indonesia mampu selamat dan mengumpulkan dua poin dari dua laga tersebut, seharusnya Bahrain merupakan tantangan yang lebih mudah.
Perjuangan Menghapus Mimpi Buruk
Terakhir kali Indonesia bertemu Bahrain di Riffa, Indonesia memang dibantai 10-0 oleh Bahrain. Tapi itu terjadi di masa gelap Indonesia saat sedang dualisme. Saat itu, akibat dualisme, Indonesia harus memainkan setidaknya delapan pemain yang tidak pernah bermain untuk Indonesia sebelumnya.
Sekarang, dengan komposisi skuad yang bisa dibilang terkuat, Indonesia seharusnya bisa memetik kemenangan melawan Bahrain. Tidak ada yang tidak mungkin untuk Indonesia. Jika mampu memainkan taktik yang benar, Indonesia seharusnya mampu mencuri kemenangan di Riffa.
Simak informasi sepak bola Kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia terbaru secara lengkap di shotsgoal.com.