Rasmus Hojlund seakan menemukan kembali jati dirinya setelah mengenakan seragam Napoli. Dibawah ini Anda akan melihat informasi mengenai sepak bola menarik hari ini yang telah dirangkum oleh GOAL EDN.
Striker muda asal Denmark itu langsung menunjukkan taringnya dengan mencetak empat gol dalam enam penampilan perdana di semua kompetisi. Performa tajamnya ini menjadi kontras yang mencolok dibandingkan dengan masa-masa sulitnya di Old Trafford.
Kebangkitannya tidak lepas dari sistem yang diterapkan Antonio Conte. Di bawah pelatih Italia itu, Hojlund tampil lebih percaya diri dan leluasa bergerak di lini depan. Gaya permainan Napoli yang ofensif dan penuh servis bola berbahaya ternyata cocok dengan karakter bermainnya. Setiap gol yang ia ciptakan seolah menjadi bukti nyata bahwa bakatnya tidak pernah hilang, hanya tersembunyi.
AYO DUKUNG TIMNAS GARUDA, sekarang nonton pertandingan bola khusunya timnas garuda tanpa ribet, Segera download!
![]()
Fenomena ini memunculkan pertanyaan besar tentang keputusan Manchester United. Alih-alih mempertahankan dan mengembangkannya, Setan Malah justru meminjamkannya ke klub lain. Keputusan ini menuai kritik, terutama dari legenda klub yang sangat memahami apa yang dibutuhkan seorang striker untuk bersinar.
Kritik Pedas Sang Legenda: Peter Schmeichel
Peter Schmeichel tidak menyembunyikan kekecewaannya atas keputusan MU melepas Hojlund. Legenda kiper Denmark itu secara terbuka menyatakan keheranannya, terutama dengan kedatangan Benjamin Sesko yang dianggapnya justru menggeser potensi besar Hojlund. Baginya, striker muda sebangsanya itu adalah aset berharga yang seharusnya dibina, bukan ditinggalkan.
Schmeichel dengan tegas menyatakan bahwa masalahnya bukan terletak pada kualitas Hojlund. Dalam wawancaranya di podcast BBC, “Sacked in the Morning,” ia menegaskan bahwa pemain muda itu hanya membutuhkan lingkungan dan sistem yang tepat untuk berkembang. Ia bahkan dengan yakin memprediksi Hojlund bisa menjadi striker yang mencetak 25 gol per musim jika diberi kepercayaan penuh.
Lebih jauh, Schmeichel menyoroti keberhasilan Napoli dalam memaksimalkan pemain-pemain dari MU, seperti Scott McTominay. Fakta ini semakin menguatkan argumennya bahwa masalah sebenarnya terletak pada manajemen MU yang tidak mampu menciptakan sistem yang mendukung para pemainnya untuk tampil maksimal, bukan pada individu pemainnya sendiri.
Baca Juga: Gary Neville dan Lagu Kebangsaan: Bukan Soal Tidak Cinta Inggris
Akar Masalah: Minimnya Servis, Bukan Kualitas
Schmeichel dengan gamblang membeberkan akar masalah yang dihadapi Hojlund selama di MU. Menurutnya, striker itu tidak mendapatkan servis bola yang memadai dari para gelandang. Dalam sistem permainan MU yang tidak konsisten dan sering berganti strategi, Hojlund seringkali terisolasi di lini depan tanpa dukungan yang memadai.
Kedatangan pemain-pemain seperti Matheus Cunha dan Bryan Mbuemo justru dinilainya sebagai langkah yang kontraproduktif. Alih-alih membeli penopang untuk Hojlund, MU justru mendatangkan pesaing yang semakin mempersulitnya mendapatkan menit bermain. Padahal, yang dibutuhkan Hojlund hanyalah pemain yang memahami peran untuk memberinya umpan matang.
Situasi di Napoli membuktikan teori Schmeichel. Dengan mendapat servis yang teratur dan tepat dari rekan-rekan setimnya, Hojlund mampu menunjukkan efisiensi yang tinggi. Ini membuktikan bahwa ia bukanlah striker yang bermasalah, tetapi adalah korban dari sistem tim yang tidak mampu memberinya pelayanan sebagaimana mestinya.
Pelajaran Berharga bagi Masa Depan MU
Kisah Hojlund di Napoli seharusnya menjadi pelajaran berharga bagi manajemen MU. Kasus ini menunjukkan bahwa masalah klub mungkin bukan terletak pada kualitas pemain yang direkrut, tetapi pada ketidakmampuan untuk menciptakan sistem yang mampu memaksimalkan potensi mereka. Seorang striker membutuhkan lebih dari sekedar kemampuan individu untuk bisa bersinar.
Keputusan untuk meminjamkan Hojlund kini terlihat semakin tidak tepat melihat perkembangan terkininya. Daripada menyelesaikan masalah akar rumput, MU justru melepas seorang striker berbakat yang sedang dalam proses perkembangan. Ini merupakan pengulangan dari kesalahan-kesalahan serupa yang pernah dilakukan klub di masa lalu.
Ke depan, MU perlu belajar dari kesalahan ini. Sebelum menilai seorang pemain tidak berkualitas, mereka perlu introspeksi apakah sudah memberikan lingkungan dan sistem yang tepat bagi pemain tersebut untuk berkembang. Nasib Hojlund di Napoli membuktikan bahwa terkadang masalahnya bukan pada ikan yang tidak bisa berenang, tetapi pada kolam yang diberikan untuknya berenang. Manfaatkan juga waktu luang Anda untuk mengeksplorasi lebih banyak lagi tentang berita sepak bola terupdate lainnya hanya dengan klik goaledn.com.